Para Siswi SMPN 4 Pakenjeng Saat Belajar Kelompok (ilustrasi) |
Pembiasaan dan latihan juga penting untuk dilakukan, agar nantinya peserta didik mempunyai cukup bekal untuk menghadapi dinamika kehidupan yang semakin kompleks di masa yang akan datang.
Menurut data yang dirilis Central Connecticut State University 2016 menyebutkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia termasuk kedalam kategori rendah. Yakni menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara yang disurvei (Kompas, 29/08/2016). Padahal, membaca merupakan jendela informasi dan pintu gerbang dalam memperoleh wawasan dan pengetahuan. Kita bisa tahu dan mengerti berbagai hal, salah satunya dari proses membaca. Jika kemampuan membaca rendah, maka cepat atau lambat kita akan semakin tertinggal dari bangsa lain.
Kemampuan membaca memang tidak mudah untuk dibiasakan oleh siswa. Pasalnya, di usianya yang belia, perlu pemahaman mengenai manfaat apa yang akan diperoleh dari membaca. Selain itu, proses membaca juga sulit direalisasikan jika individu tidak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap apa yang akan dibaca.
Pembiasaan kegiatan membaca di lingkungan sekolah bisa dimulai dari membaca buku bacaan ringan. Misalnya seperti novel, komik, majalah dan buku teks yang menarik perhatian siswa. Kemudian bisa dilanjutkan dengan bacaan yang lebih tinggi, seperti buku paket, modul, diktat, dan sumber belajar lain yang menunjang pengetahuan siswa. Proses pembiasaan membaca sendiri bisa dimulai saat awal jam pembelajaran. Bisa juga berupa jadwal kunjungan ke perpustakaan setiap kelas.
Kemampuan menulis sebenarnya tidak begitu sulit apabila siswa sudah terbiasa membaca. Karena dari proses membaca itulah mereka menyimpan berbagai kosa kata dan sudah terbiasa dengan melihat susunan kalimat dari buku bacaan. Hanya saja, perlu adanya latihan yang berkesinambungan, dan bisa dimulai dari menulis hal-hal yang menarik bagi siswa sesuai dengan usia mereka.
Keterampilan menulis bisa dimulai dari menulis di majalah dinding kelas, mading sekolahan, atau mungkin menulis artikel pada majalah yang diterbitkan sekolah tiap semester. Sebelum tulisan karya siswa dipajang atau diterbitkan perlu direview terlebih dahulu, sehingga mereka bisa mengetahui kekurangan dari tulisannya, untuk kemudian bisa diperbaiki.
Kemampuan berbicara juga tak kalah pentingnya dari dua kemampuan diatas. Pasalnya, individu akan terlihat menonjol jika mempunyai keterampilan berkomunikasi dengan baik. Terlebih bisa berbicara lancar di muka umum. Faktor yang sering kali menjadi resisten adalah rasa minder, tidak percaya diri, malu dan takut ditertawakan teman.
Perlu adanya latihan dan proses belajar terus-menerus bagi siswa agar mempunyai pengalaman dalam berbicara didepan publik. Tanpa adanya latihan, sulit bagi siswa untuk mengasah dan mengembangkan keahlian soft skill yang satu ini.
Kegiatan berbicara bisa dimulai dari presentasi dan diskusi di kelas, pidato, wawancara, dialog interaktif antar siswa dan masih banyak lagi. Tidak hanya pada mata pelajaran bahasa Indonesia, tapi juga mapel lain bisa memberikan ruang pengembangan skill berbicara bagi siswa.
Adapun kemampuan berhitung ini sudah ada mata pelajaran tersendiri. Yakni mapel matematika yang secara khusus mengkaji ilmu hitung dan selalu ada di setiap jenjang pendidikan, mulai dari SD, SMP, dan SMA. Meskipun demikian, perlu adanya upaya lebih agar siswa bisa menyukai mapel tersebut. Karena dari rasa suka itulah maka kemudian akan timbul antusiasme dalam mempelajari matematika.
Kemampuan berhitung akan selalu digunakan bagi setiap individu. Mulai dari anak-anak, remaja hingga dewasa untuk menunjang berbagai kebutuhan yang memerlukan pemecahan secara matematis dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga tidak ada alasan lagi bagi pelajar untuk tidak suka/tertarik dengan mapel yang satu ini. Mengingat manfaatnya yang besar bagi kehidupan mereka.
Yang terakhir adalah kemampuan individu dalam memecahkan persoalan dalam keluarga, masyarakat, dan juga individu itu sendiri. Keterampilan problem solving perlu untuk dibiasakan dan dilatih sejak dini. Tujuannya agar para siswa bisa siap menghadapi realitas kehidupan dan menyelesaikan masalahnya sendiri, bukan malah lari dari masalah.
Kemampuan penyelesaian masalah merupakan suatu proses pendewasaan bagi setiap individu. Dari masalah yang dihadapi, mereka bisa belajar dari pengalaman hidup agar nantinya jika menemukan persoalan dikemudian hari bisa menemukan solusi yang tepat.
Harapannya ketika peserta didik lulus dari bangku sekolah, mereka siap untuk terjun dan bersosialisasi dengan masyarakat dan mampu beradaptasi dengan baik. Sehingga akan menciptakan generasi unggul dan siap dengan berbagai persoalan kompleks yang ada di tengah-tengah masyarakat, semoga.
0 comments:
Posting Komentar
Mulai 2 Juni 2022 komentator tidak diizinkan menggunakan Anonim, agar komentar Saudara dapat dipertanggungjawabkan.
Silahkan gunakan akun google Saudara untuk berkomentar di postingan ini.